Sabtu, 10 Juli 2010

FILSAFAT MANAJEMEN STRATEJIK MUTU AKADEMIK


Oleh: Mulyono, MA.

Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang

Berlandaskan pada Filsafat Manajemen/Administrasi, Filsafat Mutu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Manajemen Pendidikan maka dapat dikembangkan menjadi Filsafat Manajemen Stratejik Mutu Akademik. Karena itu kajian filsafat ini tentunya harus dikaji melalui sudut ontologi, epistemologi dan aksiologi dari manajemen stratejik mutu akademik perguruan tinggi.

Ontologi manajemen stratejik pengembangan mutu akademik perguruan tinggi adalah segala daya upaya organisasi pendidikan tinggi agar tetap survive bahkan mampu berdaya saing dengan upaya peningkatan mutu input, proses dan output pendidikan di tengah-tengah derasnya arus perubahan pada lingkungan eksternal maupun internal organisasi.

Epistemologi manajemen stratejik pengembangan mutu akademik perguruan tinggi yaitu dengan jalan melakukan langkah-langkah stratejik pengembangan organisasi pendidikan tinggi sebagaimana dikatakan Hunger & Wheelen (2003:9), bahwa proses manajemen stratejik meliputi empat elemen dasar: Pertama, pengamatan lingkungan, yang meliputi: (a) analisis lingkungan eksternal, dan (b) analisis lingkungan internal. Kedua, perumusan strategi, yang meliputi menetapkan: (a) visi, misi, (b) tujuan, (c) strategi, dan (d) kebijakan. Ketiga, implementasi strategi, yang meliputi: (a) program, (b) anggaran, (c) prosedur. Keempat, evaluasi dan pengendalian. Hal tersebut digambarkan Wheelen & Hunger (2003:11) sebagai berikut:


Sedangkan aksiologi manajemen stratejik pengembangan mutu akademik perguruan tinggi adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan tinggi. Untuk itu sikap dan nilai-nilai penting yang perlu dikembangkan oleh organisasi ke segenap civitas kampus adalah daya juang dan daya tangguh agar tetap survive, keteguhan sekaligus kelenturan, kejelian melihat peluang sekaligus tantangan serta mampu mengolah segala sumber daya menjadi sumber kekuatan untuk mencapai keunggulan.

Porter (1992:2-3) mengkaitkan strategi dengan upaya organisasi untuk mencapai keunggulan bersaing, bahkan dikatakan bahwa strategi adalah alat penting dalam rangka mencapai keunggulan bersaing. Hal tersebut sejalan dengan tujuan strategi yaitu untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing (Karhi Nisjar,1997:95). Implikasi dari kajian tersebut adalah bahwa organisasi dikatakan masih meraih suatu keunggulan apabila ia dapat memanfaatkan peluang-peluang dari lingkungannya, yang memungkinkan organisasi untuk menarik keuntungan-keuntungan dari bidang yang menjadi kekuatannya (Akdon, 2007:15-16).

Peningkatan mutu tidak dapat dilakukan secara spekulatif atau coba-coba. Semua tindakan dalam peningkatan mutu harus didasarkan data yang jelas. Demikian pula, tujuan, sasaran, dan target harus dinyatakan dalam wujud data yang jelas, sehingga kelak dapat dievaluasi ketercapaiannya secara cermat.

Semua komponen pendidikan; yaitu pimpinan lembaga, tenaga kependidikan, peserta didik (mahasiswa) dan bahkan orangtua harus didorong untuk mengambil peran masing-masing. Konsep ini dapat dilakukan melalui manajemen stratejik (strategic management) yang di dalamnya terkandung perencanaan stratejik (strategic planning). Manajemen stratejik akan semakin kokoh dalam pengembangan mutu akademik perguruan tinggi apabila visi, misi serta kebijakan dan strategi dilandasi pada filsafat mutu. Berdasarkan kajian ini maka yang disebut perguruan tinggi yang bermutu dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, antara lain: (1) Memiliki kejelasan visi, misi dan tujuan lembaga; (2) Memgembangkan tradisi/kultur akademik dengan baik; dan (3) Memiliki prestasi baik akademik maupun dan non akademik.

Adapun perbedaan lembaga perguruan tinggi yang bermutu dengan lembaga yang tidak bermutu baik negeri maupun swasta antara lain sebagai berikut: (1) Pada lembaga yang bermutu kepemimpinan mempunyai wawasan keunggulan, sedangkan pada lembaga yang tidak bermutu sikap pimpinan serba puas dengan yang ada. (2) Pada lembaga yang bermutu berdaya sendiri yaitu sifat kemandiriannya tinggi, sedangkan pada lembaga yang tidak bermutu sebaliknya yaitu ketergantungannya kepada pemerintah/pihak lain tinggi. (3) Pada lembaga yang bermutu keuangan dikelola dengan baik, sedangkan pada lembaga yang tidak bermutu keuangan dipegang oleh pimpinan.

Penutup

Filsafat adalah upaya manusia untuk mengetahui secara benar tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya baik mengenai hakekat, fungsi, ciri, kegunaan, masalah dan solusi dari masalah itu sendiri. Kajian filosofi manajemen mutu akademik diyakini akan menghasilkan citra yang baik bagi keberadaan perguruan tinggi di mata publik, dan akan memberikan imbalan keuangan dan psikologis bagi mereka yang tersedia menginvestasikan tenaga dan dana untuk membantu keberhasilan institusi. Filosofi mutu akademik perguruan tinggi menempatkan nilai-nilai, keyakinan organisasi, dan mengarahkan seluruh gerak civitas akademik dalam seluruh aspek kegiatan untuk mencapai visi, misi, dan tujuan kampus. Untuk itu demi keberhasilan manajemen stratejik peningkatan mutu akademik menuntut semua civitas untuk ikut berpartisipasi, yang berdampak pada meningkatnya perasaan ikut memiliki (sense of belonging), perasaan ikut bertanggungjawab (sense of responsibility), dan perasaan ikut berpartisipasi (sense of participation). Dengan kata lain manajemen stratejik berfungsi pula menyatukan sikap bahwa keberhasilan bukan sekedar untuk menajemen puncak, tetapi merupakan keberhasilan bersama atau untuk keseluruhan organisasi dan bahkan untuk masyarakat yang dilayani.

Berdasarkan uraian tentang keunggulan manajemen stratejik tersebut perlu dipahami bahwa pengimplementasiannya di lingkungan organisasi pendidikan tinggi termasuk perguruan tinggi bukanlah jaminan kesuksesan. Keberhasilan tergantung pada SDM atau pelaksananya bukan pada Manajemen Stratejik sebagai sarana. SDM sebagai pelaksana harus terdiri dari personil yang profesional, memiliki wawasan yang luas dan yang terpenting adalah memiliki komitmen yang tinggi terhadap moral dan/atau etika untuk menggunakan manajemen stratejik demi kepentingan perkembangan dan keunggulan akademik perguruan tinggi.

Daftar Pustaka

Akdon. (2007). Strategic Management For Educational Management (Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan). Bandung: Alfabeta, Cetakan Kedua.

Cortada, James, W., (1996). Total Quality Managemen, Terapan dalam Manajemen Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2003). Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Pendidikan Tinggi. Jakarta: Depdiknas.

Hunger, J. David & Thomas L. Wheelen. (2003). Manajemen Strategis. Penerjemah: Julianto Agung. Yogyakarta: Andi, 2003, Cetakan II.

Ilham, Muhammad. (2007). Manajemen Strategi Pengembangan dan Peningkatan Mutu Pendidikan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (Studi Kasus di IPDN Jawa Barat). Disertasi. Bandung: Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Mulyadi. (1998). Total Quality Management. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Robbins, Stephens. (1998). Organizational Behavior, Concepts * Controversies * Applications, Eighth Edition.

Slamet. (2002). Perspektif Implementasi Total Quality Management (TQM) Pada Institusi Pendidikan Tinggi. Ulul Albab (Jurnal Studi Islam, Sains dan Teknologi). STAIN/UIN Malang. Volume 4 Nomor 1 Tahun 2002. Hal. 73-93

Suhardan, Dadang, dan Nugraha Sunarto. (2008). “Filsafat Administrasi Pendidikan”, dalam Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung.

Tampubolon, Daulat, P. (2001). Perguruan Tinggi Bermutu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tjiptono, F. & Diana, A., (1996). Total Quality Management, Edisi 2, Yogyakarta: Andi, 1996

Tjiptono, Fandy. (1999). Aplikasi Manajemen Kualitas, Usahawan, No. 11/TH.XXVII Nopember 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar